JK Visioner, SBY Intelek
BERITA UTAMA
JK Visioner, SBY Intelek
Prabowo Berprestasi
JAKARTA (Lampost): Profil calon presiden (capres) M. Jusuf Kalla (JK) dinilai paling visioner sementara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki intelektual tinggi.
Peneliti utama Laboratorium Psikologi Politik, Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia (UI) Muhammad Faisal mengatakan JK paling visioner yang diartikan sebagai kemampuan calon pemimpin melihat jauh ke depan melebihi masa jabatannya.
"Itu hasil riset menggunakan metode penilaian profil (profiling) yang dikenalkan Margaret Herman dan Jerrold M. Post," kata Faisal kepada Lampung Post, Minggu (14-6).
Dia mengatakan metode penilaian profil adalah model baku yang kerap digunakan mengamati penilaian profil pemimpin di Amerika Serikat. Mereka melibatkan 22 orang sebagai pemeringkat (rater) dari berbagai profesi mulai pengamat politik hingga wartawan.
Ada lima variabel penilaian yang dikaitkan dengan tingkat visioner, yaitu kompleksitas intelektual, impulsivitas emosional, serta motif sosial meliputi motif berkuasa, berprestasi, dan berafiliasi. Adapun variabel lain ialah gaya diplomasi para pemimpin.
Kemampuan Memimpin
Kompleksitas intelektual menggambarkan kemampuan seseorang memetakan masalah dan menghubungkan satu ide dengan ide lain. "Ini bukan menunjukkan kecerdasan intelektual seperti IQ. Namun, menunjukkan kemampuan pemimpin melihat permasalahan dari sejumlah aspek, bukan hanya satu aspek," jelas Faisal.
Susilo Bambang Yudhoyono dinilai memiliki kompleksitas intelektual tinggi, tapi kurang visioner. "SBY dinilai sangat mampu melihat masalah dari berbagai aspek. Namun, cara SBY ketika menjelaskan hal itu terkait dengan masa depan Indonesia, normatif saja. JK dinilai lebih bisa menjelaskannya secara konkret," jelas peneliti UI itu.
Motif berprestasi paling tinggi ada pada cawapres Prabowo Subianto. Motivasi berkuasa Prabowo juga dinilai paling besar. "Ini hanya menunjukkan seserius apa mereka ingin berkuasa, bukan penilaian baik atau tidak. Jika faktor ini didukung sifat otoriter tinggi, baru berbahaya untuk kepemimpinan."
Sementara itu, dalam grafik impulsivitas emosional, cawapres Budiono dinilai tidak impulsif karena memiliki kemampuan mengatur emosi paling baik, disusul cawapres Wiranto. "Ini penilaian kini. Mungkin saja itu berubah sesuai dengan kondisi mendatang," tambah Faisal.
Klaim Sukses
Hingga kemarin, kampanye capres-cawapres terus diwarnai klaim sukses, janji politik, dan kontrak politik. Dalam pidato kampanyenya di Stadion Kahuripan, Turen, Malang, capres Megawati mengingatkan tiang pancang jembatan Surabaya-Madura (Suramadu) dibuat saat ia menjadi presiden. "Jangan lupa, barang jadi itu harus dilihat permulaannya sebab mengawali itu sangat sulit," tuturnya.
Sementara itu, capres Jusuf Kalla berjanji meningkatkan kontribusi ekonomi syariah hingga 25% dalam sistem perekonomian nasional. "Sistem syariah lebih bisa bertahan jika dibanding dengan perekonomian kapitalis saat menghadapi krisis ekonomi," kata dia di Jakarta, kemarin.
Saat berkampanye di Lapangan Imam Bonjol, Padang, Kalla berjanji mengundang seorang buruh angkut Joni Sanir untuk menghadiri pelantikan presiden jika ia menang.
Capres Yudhoyono mengklaim dialah yang sejak lama mengingatkan pentingnya kemandirian bangsa. "Pada 2006 saya sudah ingatkan tentang kemandirian. Tahun lalu, pada peringatan satu abad Kebangkitan Nasional, saya juga mengingatkan agar Indonesia menjadi negara maju, kemandirian dan daya saing bangsa harus ditingkatkan," kata SBY di Gedung Olahraga Flobamora Kupang, NTT, kemarin. Tema kemandirian bangsa sering dilekatkan kepada pasangan JK-Wiranto. n MI/R-1'
Komentar