Unconscious menurut Freud-Lacan
Who’s Sigmund Freud?
Sigmund Freud lahir di Moravia tanggal 6 Mei 1856 dan wafat di London 13 September 1939. Ia tinggal di Wina sekitar 80 tahun dan meninggalkan kota tersebut karena adanya pengusiran oleh Nazi pada zaman perang dunia ke II.. Sebagai seorang pemuda ia memutuskan untuk menjadi seorang ilmuwan. Dengan tekad tersebut Sigmund Freud muda akhirnya memasuki sebuah sekolah kedokteran di Universitas Wina tahun 1873 dan tamat dari sekolah tersebut 8 tahun kemudian. Freud tidak pernah berniat untuk membuka praktik dokter karena gaji yang kecil untuk seorang ilmuwan, kesempatan yang terbatas untuk maju secara akademik bagi seorang yahudi dan kebutuhan-kebutuhan keluarganya yang bertambah telah memaksanya terjun membuka praktik privat. Di sela-sela praktiknya, ia menyempatkan diri meneliti dan menulis, dan prestasi-prestasinya sebagai seorang peneliti kedokteran, menyebabkan ia mendapat reputasi yang kokoh.
Cinta Freud pada neurologi menyebabkan ia menspesialisasikan diri di bidang perawatan gangguan-gangguan saraf, sebuah cabang ilmu kedokteran yang ketinggalan di tengah gerak maju kalangan seni penyembuhann pada abad XIX. Untuk meningkatkan keterampilan-keterampilan teknisnya, Freud belajar selama 1 tahun pada psikiater Perancis yang terkenal, jean Charcot, yang menggunakan hipnosis dengan pasien-pasiennya. Namun Freud sendiri tidak begitu percaya dengan kemanjuran metode hipnosis. Karena itu, ketika ia mendengar metode baru yang dikembangkan oleh dokter di Wina, Joseph Breuer dengan suatu metode dimana pasien disembuhkan dari simtom-simtiom dengan cara mengungkapkannya, ia mencobanya dan melihat bahwa cara tersebut cukup efektif. Breuer dan Freud bekerjasama menulis beberapa dari kasus-kasus histeria mereka yang berhasil disembuhkan dengan teknik pengungkapan.
Akan tetapi kedua orang tersebut segera berbeda pandangan mengenai peranan faktor seksual dalam histeria. Freud berpendapat bahwa konflik-konflik seksual adalah penyebab dari histeria sedangkan Breuer berpandangan lebih hati-hati dan konservatif. Sejak itu freud secara praktis bekerja sendirian mengembangkan ide-ide yang menjadi dasar teori psikoanalitik dan yang mencapai puncaknya dalam penerbitan hasil karya besar pertamanya, yaitu “the interpretations of dreams” (1900). Buku-buku dan artikel-artikel lain segera membuat pandangan-pandangannya menjadi perhatian dokter-dokter dan para ilmuwan seluruh dunia, dan dalam waktu singkat Freud dikelilingi oleh sekelompok murid yang berasal dari berbagai bangsa, diantaranya Ernest Jones dari Inggris, Carl Jung dari Zurich, A.A Brill dari New York, Sandor Ferenczi dari Budapest, Karl Abraham dari Berlin, Alfred Adler dari Wina. Akan tetapi Jung dan Adler pada akhirnya menarik diri dari kelompok tersebut dan mengembangkan teori tersendiri.
Unconscious menurut Sigmund Freud
Menurut Freud 99% bagian dari diri manusia adalah sebuah misteri yang tidak bisa dan tidak mungkin untuk diungkapkan. Karena area tak sadar, atau area unconscious dari manusia lebih besar dari area sadar manusia. Hal ini telah menjadi ciri khas dari teori Freud, dimana manusia lebih dipandang sebagai makhluk yang berperilaku sesuai dengan dorongan instik, dan libido. Instink sendiri dibagi menjadi 2 oleh Freud yaitu instink untuk hidup yaitu eros dan instik untuk mati yaitu tanatos. Keduanya berpengaruh untuk setiap dasar perilaku manusia. Freud secara lebih lanjut menggambarkan dinamika psikis, atau dinamika mental dari seorang manusia menjadi 3 bagian yaitu id, ego dan superego. Masing-masing dari komponen ini bekerja sesuai dengan fungsi, sifat, komponen, prinsip kerja, dinamisme dan mekanismenya sendiri. Namun mereka berinteraksi begitu erat antara yang satu dengan yang lain. Sehingga sulit untuk memisah-misahkan pengaruhnya dan menilai sumbangan relatifnya terhadap tingkah laku manusia. Tingkah laku manusia hampir selalu merupakan produk dari interaksi antara ketiga sistem tersebut. Jarang salah satu sistem berjalan terlepas dari kedua sistem lainnya. Akan sangat panjang jika diuraikan pada makalah ini tentang ketiga komponen tersebut, akan tetapi penulis akan berusaha meringkasnya sesuai dengan pokok bahasan dari makalah ini.
Id
Id merupakan sistem kepribadian yang asli, id merupakan rahim tempat ego dan superego berkembang. Id berisikan segala sesuatu yang secara psikologis diwariskan dan sudah ada sejak lahir termasuk insting-insting. Id merupakan gudang yang menyediakan energi agar agar sistem-sistem yang lain dapat bekerja. Id berkaitan erat dengan proses-proses jasmaniah dimana id mendapatkan energinya. Freud juga menyebut id sebagai “kenyataan psikis yang sebenarnya”, karena id merepresentasikan dunia batin, pengalaman subyektif dan tidak mengenal kenyataan obyektif. Id tidak bias menanggulangi peningkatan energi yang dialaminya sebagai keadaan-keadaan tegangan yang tidak menyenangkan. Oleh Karena itu apabila tingkat tegangan organisme meningkat, entah sebagai akinat stimulasi dari luar atau rangsangan dari dalam , maka id akan bekerja sedemikian rupa untuk segerra menghentikan tegangan dan mengembalikan organisme pada tingkat energi rendah dan konstan serta menyenangkan. Prinsip reduksi tegangan yang merupakan cirri kerja id ini disebut pleasure principle (prinsip kenikmatan).
Untuk melaksanakan tugas menghindari rasa sakit dan mendapatkan kenikmatan, id memiliki 2 proses. Kedua proses tersebut adalah tindakan refleks dan proses primer. Tindakan refleks adalah reaksi-reaksi otomatik dan bawaan seperti bersin dan berkedip; tindakan-tindakan refleks itu biasanya segera mereduksikan tegangan. Organisme dilengkapi dengan sejumlah refleks semacam itu untuk menghadapi bentuk-bentuk rangsangan yang relatif sederhana. Proses primer menyangkut suatu reaksi psikologis yang sedikit lebih rumit. Ia berusaha menghentikan tegangan dengan membentuk khayalan tentang obyek yang dapat menghilangkan tegangan tersebut. Misalnya, proses primer menyediakan khayalan tentang makanan kepada orang yanglapar. Pengalaman halusinatorik di mana obyek-obyek yang diinginkan ini hadir dalam bentuk gambaran ingatan disebut wish fulfillment (pemenuhan hasrat). Contoh dari proses primer yang paling baik pada orang normal adalah mimpi di malam hari, yang diyakini oleh Freud selalu mengungkapkan pemenuhan atau usaha pemenuhan suatu hasrat. Halusinasi dan pengelihatan pasien-pasien psikotik juga merupakan contoh proses primer. Pikiran autistik atau angan-angan sangat diwarnai oleh pengaruh proses primer ini. Gambaran-gambaran mentah yang bersifat memenuhi hasrat ini merupakan satu-satunya kenyataan yang dikenal Id.
Jelas, proses primer sendiri tidak akan mampu mereduksikan tegangan. Orang yang lapar tidak dapat memakan khayalan tentang makanan itu. Oleh karena itu, suatu proses psikologis baru atau sekunder berkembang, dan apabila hal ini terjadi maka struktur sistem kedua kepribadian, yaiu ego, mulai terbentuk. Id lebih terletak di dalam unconscious dari individu. Karena ia berisi dorongan-dorongan hewani. Ia sering bertabrakan dengan prinsip realitas. Id terbatasi dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai moral. Segala sesuatu yang berasal dari Id akan disaring atau dinilai terlebih dahulu oleh superego (yang akan dibicarakan berikutnya).
Ego
Ego timbul karena kebutuhan-kebutuhan organisme untuk melakukan transaksi-transaksi yang sesuai dengan dunia kenyataan obyektif. Orang yang lapar harus mencari dan menemukan makanan sampai ketegangan karena rasa lapar dapat dihilangkan. Ini berarti bahwa orang harus belajar membedakan antara gambaran ingatan tentang makanan dan persepsi actual terhadap makanan seperti yang ada di dunia luar. Dari uraian singkat ini dapat disimpulkan bahwa informasi yang tersimpan di dalam unconscious individu sendiri berbentuk gambar-gambar ingatan, atau pengalaman. Hal ini nantinya akan ditentang oleh Lacan. Secara lebih lanjut, setelah melakukan pembedaan yang sangat penting ini, maka perlu perubahan gambaran dalam persepsi, yang terlaksana dengan menghadirkan makanan di lingkungan. Dengan kata lain, orang mencocokan gambaran ingatan tentang makanan dengan pengelihatan atau penciuman terhadap makanan yang dialaminya melalui pancaindera. Perbedaan pokok antara Id dan ego ialah bahwa Id hanya mengenal kenyataan subyektifnya-jiwa, sedangkan ego membedakan antara hal-hal yang terdapat dalam batin dan hal-hal yang terdapat di luar.
Ego dikatakan mengikuti prinsip realitas, dan beroperasi menurut proses sekunder. Tujuan dari prinsip realitas adalah mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu obyek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan. Untuk sementara waktu, prinsip kenyataan menunda prinsip kenikmatan, meskipun prinsip kenikmatan akhirnya terpenuhi ketika obyek yang dibutuhkan ditemukan dan dengan denikian tegangan direduksikan. Prinsip kenyataan sesungguhnya menanyakan apakah pengalaman benar atau salah. Yakni apakah pengalaman itu ada dalam kenyataan dunia luar atau tidak. Sedangkan prinsip kenikmatan hanya tertarik pada apakah pengalaman itu menyakitkan atau menyenangkan.
Proses sekunder sangat realistik. Dengan proses sekunder ego menyusun rencana untuk memuaskan kebutuhan dan kemudian menguji rencana ini. Biasanya melalui suatu tindakan, untuk melihat apakah rencana itu berhasil atau tidak. Orang yang lapar berpikir dimana ia dapat menemukan makanan, dan lantas pergi ke tempat itu. Hal tersebut disebut dengan reality testing. Untuk melaksanaka perannya secara efisien, ego mengontrol semua fungsi kognitif dan intelektual proses-proses jiwa ini dipakai untuk melayani proses sekunder.
Superego
Sistem ketiga dan yang terakhir dikembangkan adalah superego. Superego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan orangtua kepada anak, dan dilaksanakan dengan cara memberinya hadiah-hadiah atau hukuman-hukuman. Superego adalah wewenang moral dari kepribadian; ia mencerminkan yang ideal dan bukan yang real; dan memperjuangkan kesempurnaan dan bukan kenikmatan. Perhatiannya yang utama adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah dengan demikian ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui oleh wakil-wakil masyarakat.
Superego sebagai wasit tingkah laku yang diinternalisasikan berkembang dengan memberikan respon terhadap hadiah-hadiah dan hukuman-hukuman yang diberikan orangtua. Untuk memperoleh hadiah-hadiah dan menghindari hukuman-hukuman, anak belajar mengarahkan tingkah lakunya menurut garis-garis yang diletakkan orangtuanya. Apa pun juga yang mereka katakan salah dan menghukum anak karena melakukannya akan cenderung untuk menjadi suara hatinya (conscience), yang merupakan salah satu dari subsistem superego. Apapun juga yang mereka setujui dan menghadiahi anak karena melakukannya, akan cenderung untuk menjadi ego-ideal anak, subsistem lain dari superego. Mekanisme yang menyebabkan penyatuan tersebut norma moral dari orangtua. Suara hati menghukum orang dengan membuatnya merasa bersalah, ego-ideal menghadiahi orang dengan membuatnya merasa bangga. Dengan terbentuknya superego ini maka kontrol diri menggantikan kontrol orangtua. Fungsi-fungsi pokok dari superego adalah:
• Merintangi impuls Id, terutama impuls-impuls seksual dan agresif, karena impuls inilah yang aktualisasinya sangat dikutuk oleh masyarakat.
• Mendorong ego untuk menggantikan tujuan realistis dengan tujuan-tujuan moralistis.
• Mengajar kesempurnaan.
Jadi supergo cenderung menetang id dan superego, dan berusaha untuk membentuk pandangan dunia sendiri. Akan tetapi superego sama seperti id bersifat tidak rasional dan sama seperti ego, superego melaksanakan kontrol atas insting-insting. Tidak seperti ego, superego tidak hanya menunda pemuasan insting; akan tetapi superego tetap berusaha untuk merintanginya.
Apa saja unit yang yang digunakan oleh manusia dalam teori psikoanalisa? Hal ini telah menjadi pertanyaan yang sangat mendasar dalam perkembangan psikoanalisa. Freud sendiri mengatakan “tujuan dari psikoanalisis adalah untuk mencapai pengetahuan tentang unconscious dari kehidupan mental seorang manusia”. Konsep mengenai unconscious mengatakan bahwa terdapat sesuatu dalam diri manusai yang tidak diketahui oleh dirinya sendiri. Menurut pemahaman Freud kebanyakan dari perilaku manusia didasari oleh apa-apa yang terdapat di dalam unconcsious. Bahkan perilaku sadar manusia sebagian besar adalah manifestasi dari apa-apa yang terpendam di dalam unconscious dan berusaha diaktualisasikan.
Tiga sistem kepribadian sebagaimana telah dibahas diatas tidaklah saling bertentangan antara yang satu dengan yang lainnya. Dan tidak pula diapandang sebagai orangan-orangan yang menjalankan kepribadian. Ketiga sistem tersebut hanyalah nama-nama untuk berbagai proses psikologis yang mengikuti prinsip-prinsip sistem yang berbeda. Semua dikelola oleh ego. Kepribadian biasanya berfungsi sebagai suatu kesatuan dan bukan sebagai tiga bagian yang terpisah. Secara sangat umum Id bisa dipandang sebagai komponen psikologis dan superego sebagai komponen sosialnya.
Tingkatan dari unconscious
Menurut teori psikoanalisa, kehidupan psikis dapat dibagi menjadi 3. Yaitu berdasarkan tingkat kesadaran manusia terhadap sebuah fenomena dalam kehidupan. Pada tingkat pertama adalah conscious (kesadaran) yaitu fenomena-fenomena yang disadari oleh manusia pada setiap saat. Pada tingkat kedua adalah preconscious (prakesadaran) yaitu fenomena yang bisa diangkat ke tingkat kesadaran jika manusia menghendakinya. Yang ketiga adalah tentunya unconscious yaitu fenomena yang tidak disadari oleh manusia, dan tidak bisa disadari atau diketahui oleh manusia kecuali dalam kondisi-kondisi tertentu.Freud bukanlah satu-satu ilmuwan yang menaruh perhatian pada unconscious pada zaman modern akan tetapi, dia adalah ilmuwan yang menggali detil-detil yang terdapat di dalam unconscious, lalu menghubungkan unconscious ke dalam kehidupan sehari-hari manusia. Produk-produk dari Sigmund Freud dalam hubungannya dengan unconscious adalah antara lain, slip of the tongue, analisa mimpi, neurosis, psikosis, seni dan ritual. Menurut Freud dimensi dalam kehidupan psikis tidak memiliki batasan ketidakmungkinan. Unconscious bersifat alogical, ia mengabaikan waktu, ia mengabaikan ruang.
Unconscious bekerja secara penuh ketika manusia mengalami tidur. Saat tidur manusia berhadapan dengan berbagai macam simbol, ide, dimana sebuah kata dapat merepresentasikan banyak hal, dimana sebuah benda dapat mengartikan banyak hal.
Unconscious yang termotivasi
Dalam akar dari teori psikoanalisa dapat ditemukan bahwa dasar dari perilaku-perilaku manusia berasal dari unconscious. Terdapat banyak perasaan, pemikiran, dan motivasi yang terpendam di dalam unconscious. Hal ini dilakukan oleh seorang manusia untuk menghindari perasaan discomfort dan rasa sakit, jika motif yang disimpan tersebut diaktualisasikan dalam bentuk perilaku. Sebagai contoh seseorang akan cenderung menyimpan segala kenangan buruk yang pernah dialaminya di dalam unconscious ketimbang mengingatnya kembali. Atau seseorang akan cenderung menekan libido seksual yang dimilikinya dibandingkan dengan mengaktualisasikannya ke orang lain. Semua itu dilakukan karena adanya penyeimbang dari Id yaitu superego yang berisi nilai-nilai dan norma-norma. Selain itu psikoanalisa menekankan bahwa apa-apa yang terletak di dalam unconscious manusia dapat teraktualisasi dalam perilaku overt. Seperti slip of the tongue, persepsi yang salah, kecelakaan, dan perilaku-perilaku yang irasional. Dengan kata lain self manusia yang sesungguhnya akan dengan sendirinya teraktualisasi walaupun manusia berusaha merepressnya sedimikian rupa.
Who’s Jaques Lacan?
Jaques lacan besar di sebuah lingkungan katolik yang berada di sebuah kota bernama Montparnasse, Paris. Lacan mengenyam pendidikannya di sebuah sekolah katolik yaitu College Stanislas. Di sekolah tersebut kemampuan intelektual Jaques Lacan sudah sangat terlihat, walaupun dia bukan merupakan murid yang paling berprestasi. Lacan sendiri menaruh minta yang besar pada mata pelajaran filsafat, secara khusus dia sangat mengagumi karya dari Baruch Spinoza yang mempertanyakan tentang eksistensi Tuhan. Di sekolahnya Lacan memasang karya-karya dari Spinoza di dinding kamarnya sebagai wujud kekagumannya. Hal ini merupakan hal yang sangat aneh, dan tabu di lingkungan sekolahnya yang sangat kental nuansa katoliknya. Setelah menyelesaikan sekolah menengah, Lacan melanjutkan studinya di bidang kedokteran dan mengambil spesialisasi di bidang psikiatri. Ia sangat tertarik pada fenomena psikosis. Pada awalnya Lacan hendak menjalani studinya secara konvensional, sampai dia berjumpa dengan beberapa tokoh terkemuka pada tahun 1930. Yang pertama adalah Salvador Dali, yang ia kenali pertama kali melalui tulisannya menganai ‘paranoia’ di sebuah jurnal ‘surealis’. Yang selanjutnya adalah ketika Lacan memulai studinya terhadap karya-karya dari Sigmund Freud. Dua pertemuan ini pada akhirnya membawa Jaques Lacan dalam sebuah penyusunan atau rekonstruksi terhadap psikoanalisa. Dapat dikatakan bahwa Lacan telah mem-posmodernkan Psikoanalisa.
Di Perancis psikoanalisa sendiri dibantah, dan kurang populer dalam prakteknya. Pembantahan dan perlawanan terhadap konsep-konsep psikoanalisa datang dari berbagai cabang ilmu pengetahuan. Perancis sendiri sering dijuluki memiliki sebuah “anti-psychoanalitic culture”. Hal in terus berlansung sampai tahun 1950-1960. Sebagai sebuah respons terhadap hal tersebut institusi psikoanalitik di perancis berusaha memasukkan psikonalisa sebagai bagian dari cabang ilmu pengetahuan kedokteran. Hal ini dipelopori oleh Marie Bonaparte, seorang murid langsung dari Sigmund Freud dan salah satu rekan kerja dekatnya. Bonaparte dan pengikut-pengikutnya secara lebih lanjut menetapkan sebuah kebijakan melalui Societe Psychoanalytique de Paris (Perkumpulan psikoanalisa Paris) untuk adanya sebuah persyaratan kemampuan dan pengetahuan medis sebelum seseorang dapat menjadi seorang psikoanalis. Lacan sebagai seorang filsuf dan ilmuwan yang radikal mengabil sudut pandang yang berbeda terhadap perkembangan psikoanalisa ini. Ia lebih tertarik dengan hal-hal yang sifatnya sureal. Hal ini ia inklusikan ke dalam ilmu psikiatri. Surealis sendiri adalah sebuah aliran sastra dan seni yang muncul pada masa perang dunia pertama di Perancis. Mazhab ini dipelopori oleh seorang penulis puisi bernama Andre Breton (1986-1966). Breton sangat akrab dengan karya-karya dari Sigmund Freud tentang interpretasi mimpi. Ia secara lebih lanjut mengembangkan sebuah teknik yang disebut dengan ‘spontaneous writing’ (menulis secara spontan). Dimana melalui teknik tersebut seseorang dapat secara bebas menulis segala sesuatu yang berasal dari bagian tak sadar individu yaitu ‘unconscious’. Salvatore Dali adalah seorang penulis yang juga menerapkan metode ‘spontan’ sebagaimana Breton pada karya-karya lukisnya. Dali sendiri mengatakan bahwa hasil karyanya lebih ‘real’ jika dibandingkan dengan apa yang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Pada tahun 1932 dengan menggunakan konsep yang sama, Lacan menyusun tesisnya tentang ‘paranoid psychosis’ dan hubungannya dengan kepribadian. Pada masa yang sama ia bekerjasama dengan Rudolph Loewenstein, seorang anggota paling terpandang dari perkumpulan psikoanalisa Paris. Bahkan saking tinggi kedudukan dari Loewemstein ia dijadikan orang yang bertangung jawab untuk melatih para analis di perkumpulan tersebut. Pada masa tersebut analisa-analisa dari Lacan selalu dipandang sebagai sebuah kontraversi. Karena cara pendekatannya yang sulit untuk diterima oleh kalangan analis di perancis, Lacan pada akhirnya menyelesaikan studinya dengan jangka waktu yang cukup lama yaitu 6 tahun. Jaques Lacan adalah sahabat dekat dari Andre Breton dan Pelukis Salvatore Dali, bahkan di kemudian hari ia menjadi konsultan medis pribadi dari Pablo Picasso (1881-1973). Di kalangan intelektual di perancis Lacan sangat populer, terutama di banyak café dan toko-toko buku di Paris tempat berkumpulnya para intelektual. Pada tahun 1933 Dali menulis sebuah review surealis dengan mengacu pada tesis dari Lacan. Dari review ini Lacan berhasil mendapatkan pengakuan dari banyak kalangan.
Semenjak itu tesis doctoral dari Lacan banyak ditulis di pergerakan budaya anti –psikoanalis dan juga pergerakan surealis. Akan tetapi hal tersebut tidak mengeluarkan tesis Lacan dari kategori teori psikatri. Pada tahun 1950 ketika Lacan memulai sebuah seminar ia menyajikan ide-idenya dengan membantah teori-teori biologi dari Marie Bonaparte, dan teori ‘ego psychology’. Ego psychology yang dikembangkan di Amerika pada masa perang dunia ke-2 lebih menekankan pada bagaimana memperkuat defence mechanism (mekanisme pertahanan diri) dalam diri seseorang dibandingkan dengan bagaimana membebaskan dunia unconscious dari individu. Rudolph Loewnstein guru dari Jaques Lacan pada masa itu telah menjadi seorang tokoh besar dalam ‘ego psychology’. Rudolph pada masa perang dunia ke-2 melarikan diri dari kejaran Nazi. Jaques Lacan melihat hal ini sebagai tindakan pengecut dan pengkhianatan. Lacan juga sangat menentang kebijakan-kebijakan dari Perkumpulan Psikoanalisa di Paris, dimana untuk menjadi seorang analis harus terlebih dahulu pelatihan ilmu kedokteran. Ia lebih melihat psikoanalisa sebagai sebuah sebuah ilmu yang lebih mendekati filsafat dan seni. Jaques lacan adalah seorang psikoanalis yang sangat mengikuti tradisi ilmu konvensional di Prancis dimana ilmu lebih dipandang sebagai sebuah puisi atau sesuatu yang aestetik.
Jaques Lacan sangat dikenal di zamannya sebagai seorang guru yang karismatik, charming. Ia sangat menarik minat banyak mahasiswa untuk menjadi pengikutnya. Akan tetapi Lacan juga memiliki karakter ambisius, arogan, dan otoriter. Karakter inilah yang membuat Lacan banyak dicerca dan dihujat oleh banyak kalangan intelektual. Lacan adalah seorang dari banyak filsuf postmodern yang telah dengan sangat radikal medekonstruksi nilai-nilai modern, dan merekonstruksi sebuah pandangan yang orisinil.
Unconscious menurut Jaque Lacan
Unconcious menurut Freud pada essensinya adalah sebuah representasi mental. Ia terdiri dari jejak-jejak ingatan dari masa kanak-kanak, pengalaman-pengalaman dan berbagai trauma. Jaques Lacan memiliki pandangan yang berbeda dengan Freud mengenai konsepsi Unconscious. Konsepsi-konsepsi ini senantiasa berubah seiring dengan perkembangan kariernya. Cara bekerja seperti ini mungkin dipengaruhi oleh gaya Lacan yang lebih mendekati seorang seniman dibandingkan dengan seorang ilmuwan. Ada beberapa poin penting dalam definisi Lacan tentang unconscious, yaitu:
1. Unconscious sebagai gap dan rupture (perpecahan)
2. Unconscious sebagai sebuah struktur sebagaimana bahasa
3. Unconscious sebagai sebuah “discourse of the other” (wacana dari kehadiran orang lain)
Menurut Lacan, psikoanalisa adalah sebuah ilmu yang baku dan pasti. Hal ini sangat berkesesuaian dengan pandangan ilmu psikologi. Lacan secara lebih spesifik mengatakan bahwa psikoanalisa adalah sebuah ilmu tentang unconscious. Munculnya pemahaman dan pengetahuan tentang unconscious menurut Lacan dilatarbelakangi oleh pemikiran dari seorang filsuf pada zaman modern yaitu Rene Descartes (1596-1650). Lacan menginterpretasikan Psikoanalisa Freud tentang unconscious sebagai pengembangan dari pembahasan Cartesian. Rene Descartes sendiri dalam pemikirannya berpandangan bahwa manusia mengalami kesulitan dalam memverifikasi kebenaran dari keyakinannya sendiri, serta persepsi tentang realitas. Bagaimana membuktikan bahwa kita ada, bahwa keyakinan kita benar, bahwa realitas sesungguhnya bukanlah sebuah ilusi. Itulah beberapa pertanyaan sentral dari Rene Descartes. Secara lebih Lanjut Descartes mengatakan bahwa untuk membuktikan kebenaran dari sesuatu kita harus mengeliminasi segala sesuatu yang mengandung keraguan, yang tersisa dari proses ini pastilah sebuah kebenaran. Descartes sendiri mengatakan bahwa yang bisa kita yakini tanpa keraguan adalah kehadiran Tuhan dan diri kita sendiri. Sebaliknya dari sudut pandang Lacan yang bisa diyakini bahwa kita sesungguhnya tidak ada “one does not exist”. Mengapa demikian, karena verifikasi tentang ke-eksistensian diri manusia menurut Rene Descartes sulit untuk dilakukan. Setiap indera juga proses berpikir manusia rentan terhadap kesalahan, oleh karena itu tidak bisa dijadikan sandaran untuk kebenaran.
Untuk menjelaskan pemikiran Freud kita harus kembali kepada pemikiran yang mengilhami karya-karya sigmund Freud yaitu, pemikiran dari Rene Descartes. Dimanakan letak pemikiran Cartesian pada psikoanalisa Freud? Freud berpandangan bahwa prinsip dasar bahwa segalanya harus bermula dari sebuah ‘keraguan’. Ini sangat identik dengan pemikiran dari Rene descartes “I doubt therefore I am”. Dimana keraguan pada akhirnya mengarah kepada kepastian. Bagi Freud manusia sangat minim dalam pengetahuannya tentang dirinya sendiri. Ia mengatakan bahwa 99% dari diri manusia tidak mungkin untuk dipahami atau diperoleh pengetahuan tentangnya. Sebagaimana sudah diketahui, Freud dalam teori psikoanalisanya menggambarkan struktur mental seorang individu sebagaimana sebuah iceberg, dimana porsi terbesar dari iceberg itu tenggelam di dalam air, ia tidak diketahui, ia unconscious. Dari sudut pandang Lacan unconscious ini termanifestasi dengan sendirinya, ia telah berfikir sebelum ia mencapai sebuah kepastian. Jadi dapat disimpulkan bahwa lacan memandang unconscious sebagai sebuah maujud yang independen dalam kinerjanya. Ia tidak perlu dipertanyakan kehadirannya secara ontologis, karena ia sudah pasti dan jelas ada.
Unconscious sebagai sebuah gap atau Rupture
Menurut Freud unconscious dapat diketahui karena ia termanifestasi secara sendirinya. Terutama ketika kemampuan superego dari manusia sedang melemah, seperti dalam keadaan tidur, atau keadaan terhipnosis. Beberapa konsep dari Freud yang menjelaskan hal tersebut seperti slip of the tongue dimana seorang individu terkadang secara tidak sengaja mengucapkan sebuah perkataan yang tidak ia kehendaki. Menurut Freud hal itu sesungguhnya adalah manifestasi dari unconscious, atau sesuatu yang ia kehendaki akan tetapi terhambat atau disaring oleh sebuah defence mechanism yang dilakukan oleh ego dan superego. Sedangkan Lacan menyebutkan bahwa unconscious sesungguhnya adalah sebuah “impediment” (halangan), sebuah “failure” (kegagalan), sebuah”spliting” (sekat). Secara lebih lanjut unconscious gagal dalam termanifestasi ketika bahasa mengalami gangguan dan kegagalan. Unconscious adalah gap ini atau pemisahan dalam rantai simbolik.
Unconscious terstruktur sebagaimana Bahasa
Freud menggambarkan unconscious sebagai sebuah realitias tanpa grammar dan syntax, sebuah realitas tanpa kontradiksi. Dalam arti bahwa unconscious tidak pernah mengalami konflik sebelum ia berinteraksi dengan ego atau superego. Selain itu bagi Freud setiap keadaan mental adalah ide (representasi) atau ide dengan afek (energi). Secara lebih lanjut Freud membedakan antara ‘words-presentations’ (sebuah produk dari proses sekunder di dalam pikiran) dengan ‘thing-presentation’ (produk dari proses primer unconscious). Freud sendiri tidak pernah menjelaskan permasalahan ini dengan lebih detil. Jadi dapat dikatakan bahwa bagi Freud bahasa hanya terjadi pada tahap conscious, sedangkan images dan feelings letaknya di unconscious. Dapat dikatakan bahwa unconscious menurut Freud tidak memiliki struktur, dan aturan, ia sperti sebuah gudang atau basement di sebuah rumah dimana setiap barang disimpan tampa aturan. Karena ia tidak memiliki aturan maka bahasa tidak mungkin terstruktur didalamnya. Hal ditentang secara keras oleh Lacan.
Menurut Lacan unconscious bekerja dengan aturan-aturan tertentu, sesuai dengan signifier. Seperti dalam bahasa yang diterjemahkan ke dari pesan sensoris ke dalam struktur. Unconscious hanya mampu diketahui melalui pembicaraan dan bahasa. Terdapat sebuah hubungan antara elemen dari unconscious dengan, signifiers dan bentuk-bentuk lain dari bahasa. Secara lebih detil unconscious dapat dijelaskan melalui poin-poin berikut:
1. Unconscious tidak biologis sifatnya akan tetapi sesuatu yang signifies
2. Unconscious adalah efek /impact dari subyek trans-individual symbolic order.
3. Unconscious terstruktur sebagaimana bahasa.
Bahasa menurut Lacan bukan hanya sekedar kumpulan dari huruf, kata-kata atau kalimat, akan tetapi sebuah sistem signifier yang melibatkan coding, decoding atau cohering dan dechipering. Dapat dikatakan bahwa menurut Lacan unconscious bukan sekedar sebuah storage bagi gambar-gambar sensoris, atau perasaan-perasaan serta berbagai drive. Akan tetapi ia adalah sebuah sistem yang tertata, yang memiliki sebuah aturan, dan yang secara aktif menginterpretasi setiap hal yang masuk atau keluar ke dalamnya.
Unconscious sebagai sebuah discourse dari kehadiran orang lain
Freud berbicara tentang unconscious sebagai “an-other scene”, sebuah realitas tersembunyi dari hasrat-hasrat manusia. Sesuatu yang tidak tampak secara fisik dari diri manusia, juga tidak disadari kehadirannya. Lacan secara lebih sederhana mengatakan unconscious sebagai “discourse of other”. Ia secara lebih lanjut membagi the others, yaitu menjadi little other dengan big other. Little other adalah simbolisasi dari other yang imaginer, subyek yang sesungguhnya tidak ada, tidak real. Menurut Lacan kita melihat orang lain sebagai keseluruhan, sebuah gambaran yang unified atau coherent egos. Kehadiran orang lain memberi kepada diri kita gambaran kesatuan, atau gambaran yang lebih sempurna tentang manusia. Kita menjadi berarti dengan kehadiran orang lain, bukan secara sosial akan tetapi secara mental. Disini Jaques Lacan berusaha menginduksi aspek sosial ke dalam konsep unconscious. Jadi unconscious bukan hanya sekedar kumpulan drive-drive dalam diri manusia, akan tetapi ia adalah representasi mental dari simbol-simbol serta aturan-aturan yang terdapat di lingkungan sosial manusia. Apa yang dimaksud dengan “Big Others” bagi Lacan adalah kehadiran eksternal yang tidak bisa kita masukan ke dalam alam subyektif kita. Lacan menyebut “the Big Other” sebagai symbolic order, yaitu keadaaan atau situasi dimana kita berada. Seperti ketika kita dilahirkan kita akan terlahir ke dalam lingkungan dimana diterapkan sistem bahasa tertentu. Dengan sistem bahasa tersebutlah kita mengekspresikan diri ke orang lain. Salah satu ajaran atau prinsip penting dari psikoanalisa adalah bahwa sering kali drive yang dimiliki oleh indvidu mengalami konflik dengan drive-drive yang terdapat di lingkungan. Seperti ketika seorang anak lahir, orang tua dari anak tersebut pasti memiliki berbagai keinginan dan harapan terhadap anak tersebut. Keinginan dan harapan tersebut secara tidak sadar akan berusaha diaktualisasikan oleh oleh orang tua. Alat yang digunakan untuk mengaktualisasikan tujuan tersebut adalah bahasa. Oleh karena itu Lacan menyebut bahwa drive selalu terbentuk melalui “discourse of others”. Karena segala bentuk dorongan internal manusia pasti tersalurkan melalui bahasa. Lacan sangat menekankan pentingnya bahasa, dan bagaimana unconscious terbentuk dan teraktualisasi melalui bahasa. Jadi dapat disimpulkan bahwa subyek dari unconscious hanya dapat terbentuk melalui orang lain, atau hubungan dengan orang lain, atau seperti dikatakan oleh Lacan “discourse of others”.
Discoursi tentang Unconscious (Freud “modern ”-Lacan “postmodern”)
Setelah mengetahui uraian singkat mengenai latarbelakang dan konsepsi tentang unconscious dari masing-masing filsuf kita dapat mengambil beberapa kesimpulan. Freud adalah seorang pelopor dari aliran psikodinamika. Kita dapat melihat inovasi teoritis yang luar biasa dari Sigmund Freud dimana ia telah memberi gambaran yang baru tentang konsepsi “manusia”. Manusia menurutnya sangat dipengaruhi oleh dorongan-dorongan alamiah, secara khusus dorongan seksual. Banyak dari dorongan-dorongan alaimiah ini bertentangan dengan norma-norma di masyarakat. Oleh karena itu manusia dalam mengaktualisasikan perilaku-perilaku instinktifnya membutuhkan proses defence mechanism (mekanisme pertahanan diri). Akan tetapi jika manusia tidak mampu untuk melakukan hal tersebut ia akan menekan dorongan-dorongan alamiah itu ke dalam ketidaksadaran atau unconscious. Setelah memahami paparan singkat tentang unconscious diatas kita dapat melihat bahwa Jaques Lacan telah mendekonstruksi konsepsi tentang unconscious. Konsep ontologis dari unconscious sebagaimana selama ini dipahami telah diposmodernkan oleh Lacan. Lacan memandang unconscious bukan hanya sebatas gudang penyimpanan libido manusia. Ia melihat bahwa unconscious lebih sebagai sebuah sistem yang terstruktur. Secara lebih detilnya Lacan menganalogikan sturktur dari unconscious sebagaimana struktur dari bahasa. Hal ini juga menunjukan bahwa Lacan sangat menaruh perhatian terhadap pentingnya bahasa, Bahasa bukan hanya sebagai media komunikasi, akan tetapi bahasalah yang membentuk identitas diri manusia, dan secara lanjut membentuk content dari unconscious itu sendiri. Pemikiran ini sangat terkait erat dengan latar belakang dari Lacan, bukan Lancan sebagai seorang analis, akan tetapi lacan sebagai seorang seniman. Karena Lacan lebih memandang psikodinamika sebagai sebuah seni bukan sebuah bagian dari ilmu fisiologis.
Hal lain yang telah didekonstruksi oleh Lacan adalah pemahaman bahwa unconscious hanya kumpulan dari gambar, emosi, libido, dan pengalaman yang telah direpress. Lacan memahami unconscious sebagai pembentuk identitas individu, Unconscious terbentuk melalui discourse of others, melalui ajaran-jaran orang tua semenjak manusia kecil. Ia tertata dalam sebuah sistem yang rapih, dimana setiap pengalaman dan dan emosi diubah melalui signifier menjadi bahasa. Unconscious oleh karena itu tersusun menjadi bahasa. Dalam hal termanifestasinya unconscious Lacan juga mengusulkan atau merekonstruksi sesuatu yang baru. Dahulu Freud melalui observasinya terhadap pasien-pasien kliniknya menyimpulkan bahwa unconscious hanya dapat termanifestasi ketika pertahanan dari superego melemah. Yaitu ketika manusia sedang dalam keadaan tidur atau sedang dalam keadaan relaks seperti ketika dalam kondisi terhipnosis. Terdapat sebuah konsep yang populer dari Freud tentang bagaimana unconscious termanifestasi ke dalam consciousness, yaitu slip of the tongue. Slip of the tongue adalah kondisi dimana unconscious termanifestasi dalam perilaku secara tidak sadar oleh individu. Seperti ketika seseorang yang memiliki rasa takut terhadap kucing, ketika ia dikejutkan oleh temannya ia akan selalu berteriak dengan kata “kucing…kucing”. Berbeda dengan pandangan dari Freud, Lacan melihat proses defence mechanisme, atau termanifestasinya unconscious secara berbeda. Ia mengatakan bahwa termanisfestasinya unconscious adalah ketika signifier berhasil untuk menerjemahkan unconscious dalam bentuk bahasa ke dalam kesadaran.
Dari beberapa rekonstruksi konsep yang telah dilakukan oleh Lacan, kita dapat melihat semangat atau nuansa postmodern yang sangat tinggi. Dimana segala konstruk yang telah ada diletakkan di sebuah tempat yang berbeda. Pendekatan pluralis dapat kita lihat dimana gabungan antara seni dengan science dilakukan oleh Lacan. Sedangkan jika kita melakukan kilas balik ke dalam pemikiran dari Sigmund Freud kita dapat menemukan semangat dan nuansa yang berbeda, yaitu semangat dan nuansa modern. Dimana fokusnya adalah penyusunan sebuah grand theory. Freud berusaha untuk tampil sangat ilmiah dan positivistik, dimana ia menggabungkan psikologi dengan kedokteran. Freud dalam usahanya untuk menjelaskan perilaku manusia secara universal, memetakan unconscious dan drive sexual sebagai determinan dari berbagai perilaku. Sedangkan Lacan memandang bahwa unconscious itu sendiri dan drive manusia sebagai sesuatu yang sangat kompleks dan perlu untuk dikaji ulang. Oleh karena itu psikoanalisa dari kacamata Lacan lebih berperan sebagai sebuah wacana, sedangkan dari kacamata Freud psikoanalisa memiliki tujuan pragmatis. Menurut Freud psikoanalisa bukan hanya sebuah wacana teoritis dan discoursif, akan tetapi ia memilik sebuah nilai pragmatis yang tinggi. Hal ini terlepas dari pembuktian dari psikoanalisa sebagai sebuah terapi yang efektif untuk menyembuhkan berbagai konflik pada diri individu.
Hal menarik lainnya yang dapat dikemukakan di dalam makalah ini, perihal penyusunan konsep unconscious dari kedua tokoh, yaitu bahwa Freud merumuskan teori unconscious melalui observasi dari sejumlah kliennya yang menderita gangguan klinis. Sendangkan Lacan lebih bergerak sebagaimana para filsuf pada umunya yaitu dengan melakukan observasi dari gejala di masyarakat. Selain itu konsep unconscious dari Lacan juga lebih merupakan kritik terhadap teori Freud, sedangkan Freud merupakan seorang pelopor di bidangnya.
Setelah mengulas beberapa kontradiksi antara kedua tokoh tersebut, kita juga dapat menemukan beberapa kesamaan antara keduanya. Yang pertama adalah bahwa keduanya bergerak atas ketidakpuasan terhadap teori-teori dan instansi keilmuwan yang sudah ada. Yang kedua, baik Freud maupun Lacan menentang sejumlah pandangan mainstream ilmu pengetahuan, dan secara lebih lanjut dianggap banyak melanggar norma-norma agama pada masa itu. Yang ketiga, antara Freud dengan Lacan terdapat kesamaan paradigma dimana keduanya memiliki kerangkan berpikir Cartesian. Konsep unconscious dari Freud dan Lacan berangkat dari sebuah keraguan terhadap realitas, dan terhadap konsep mind. Dimana Freud mengatakan bahwa 99% dari diri manusia tidak akan diketahui sedangkan Lacan mengatakan bahwa manusia sesungguhnya tidak ada. Dari sisi kepribadian Freud dan Lacan dikenal sebagai seorang intelektual yang karismatik dan banyak menarik minat ilmuwan dan filsuf di seluruh dunia. Terdapat kesepakatan pula pada pandangan bahwa ajaran-ajaran atau norma-norma yang ditetapkan dari orang tua yang kita dapati selama inilah yang membentuk sebagaian dari kepribadian manusia. Akan tetapi Lacan bergerak lebih jauh ketika menjelaskan mengenai the others, dimana pengetahuan tidak akan terbentuk tanpa kehadiran orang lain. Hal ini sangat mencerminkan semangat sosial dari Lacan, sedangkan Freud lebih banyak berbicara di tatanan individual.
Apa yang dapat kita ambil dari discoursi ini? Adalah bahwa usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia mengenai manusia akan terus mengalami sebuah proses tanpa henti. Manusia adalah makhluk yang penuh makna dan misteri. Proses dekonstruksi-rekonstruksi dari sebuah teori akan selalu memberikan perspektif baru dan wawasan yang lebih luas kepada manusia. Freud dan Lacan adalah 2 filsuf yang radikal, kontradiktif, dan penuh kontraversi, namun keduanya memiliki semangat dan tujuan yang sama. Yaitu untuk mengungkapkan misteri eksistensi dan esensi manusia.
Daftar Pustaka
Hall, C. S & Lindsey, G. (1993). Teori-teori psikodinamik (klinis).Penerbit Kanisius: Yogyakarta.
Pervin, L.A & John, O.P. (1997). Personality theory and research 7th ed. John Wiley & Sons inc: Canada.
Sean Homer .(2005). Jaques Lacan. Routlledge critical thinkers: Canada.
Muhammad Faisal
Komentar