Teori Dominasi Sosial
Teori Dominasi Sosial
Sidanius dan Pratto (1999) menambahkan bahwa ketidaksetaraan hirarki sosial berdasarkan kelompok merupakan hasil dari pendistribusian nilai sosial (social value) secara tidak adil kepada kelompok-kelompok masyarakat, baik nilai sosial positif maupun negatif. Ketidaksetaraan distribusi dari nilai sosial ini, pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh ideologi sosial, keyakinan, mitos, dan doktrin religius tertentu sebagai alat pembenaran.
Penjelasan mengenai proses umum yang menghasilkan dan memelihara hirarki sosial berdasarkan kelompok terdapat dalam gambar 2.
Gambar 2
Skema dasar teori dominasi sosial
Sumber: Sidanius dan Pratto (1999)
Teori dominasi sosial menjelaskan bahwa determinan awal dari segala bentuk dominasi adalah orientasi dominasi sosial (lihat gambar 2). Orientasi dominasi sosial adalah “Derajat keinginan individu untuk mendukung hirarki sosial berdasarkan kelompok dan dominasi kelompok superior terhadap kelompok inferior” (Sidanius dan Pratto, 1999, p.302). Sidanius dan Pratto (1999) mengatakan bahwa ODS merupakan komponen yang paling psikologis dari TDS. Lingkup dari ODS sangat luas, karena ODS berhubungan dengan sikap terhadap ideologi sosial, sikap, keyakinan, jalur karier, atau kebijakan politik. Selain itu, ODS juga berkaitan dengan distribusi nilai sosial di masyarakat. Nilai sosial yang didistribusikan dapat berupa kekayaan, kekuasaan, status, pekerjaan, kesehatan, dan prestis. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian oleh Sidanius dan Levin (1999) ditemukan bahwa seseorang dengan ODS yang tinggi cenderung memiliki afeksi negatif terhadap kelompok yang subordinat. Sedangkan, pada penelitian-penelitian lain ditemukan bahwa orang dengan skor ODS yang tinggi cenderung untuk lebih berprasangka negatif terhadap kelompok lain, konservatif, mendukung gerakan militer, status-enhancing political institutions (mendukung peningkatan status institusi politik), favor status-enhancing occupations (mendukung peningkatan status pekerjaan), dan lebih patriotik. Orang dengan ODS tinggi juga disebut sebagai orang yang kejam, dimana mereka dapat melakukan apa saja untuk mencapai sebuah tujuan serta tidak memperhatikan standar moral yang berlaku. Berbeda dengan orang yang memiliki skor ODS tinggi, orang dengan skor ODS yang rendah akan lebih mendukung gerakan feminisme, persamaan hak pada kaum gay, serta program-program sosial secara umum (Altmeyer dalam Roccato & Ricolfi, 2005; McFarland, 1999 dalam Dambrun dkk, 2003; Wilson, 2003).
Muhammad Faisal
Sidanius dan Pratto (1999) menambahkan bahwa ketidaksetaraan hirarki sosial berdasarkan kelompok merupakan hasil dari pendistribusian nilai sosial (social value) secara tidak adil kepada kelompok-kelompok masyarakat, baik nilai sosial positif maupun negatif. Ketidaksetaraan distribusi dari nilai sosial ini, pada akhirnya akan dimanfaatkan oleh ideologi sosial, keyakinan, mitos, dan doktrin religius tertentu sebagai alat pembenaran.
Penjelasan mengenai proses umum yang menghasilkan dan memelihara hirarki sosial berdasarkan kelompok terdapat dalam gambar 2.
Gambar 2
Skema dasar teori dominasi sosial
Sumber: Sidanius dan Pratto (1999)
Teori dominasi sosial menjelaskan bahwa determinan awal dari segala bentuk dominasi adalah orientasi dominasi sosial (lihat gambar 2). Orientasi dominasi sosial adalah “Derajat keinginan individu untuk mendukung hirarki sosial berdasarkan kelompok dan dominasi kelompok superior terhadap kelompok inferior” (Sidanius dan Pratto, 1999, p.302). Sidanius dan Pratto (1999) mengatakan bahwa ODS merupakan komponen yang paling psikologis dari TDS. Lingkup dari ODS sangat luas, karena ODS berhubungan dengan sikap terhadap ideologi sosial, sikap, keyakinan, jalur karier, atau kebijakan politik. Selain itu, ODS juga berkaitan dengan distribusi nilai sosial di masyarakat. Nilai sosial yang didistribusikan dapat berupa kekayaan, kekuasaan, status, pekerjaan, kesehatan, dan prestis. Sebagai contoh, dalam sebuah penelitian oleh Sidanius dan Levin (1999) ditemukan bahwa seseorang dengan ODS yang tinggi cenderung memiliki afeksi negatif terhadap kelompok yang subordinat. Sedangkan, pada penelitian-penelitian lain ditemukan bahwa orang dengan skor ODS yang tinggi cenderung untuk lebih berprasangka negatif terhadap kelompok lain, konservatif, mendukung gerakan militer, status-enhancing political institutions (mendukung peningkatan status institusi politik), favor status-enhancing occupations (mendukung peningkatan status pekerjaan), dan lebih patriotik. Orang dengan ODS tinggi juga disebut sebagai orang yang kejam, dimana mereka dapat melakukan apa saja untuk mencapai sebuah tujuan serta tidak memperhatikan standar moral yang berlaku. Berbeda dengan orang yang memiliki skor ODS tinggi, orang dengan skor ODS yang rendah akan lebih mendukung gerakan feminisme, persamaan hak pada kaum gay, serta program-program sosial secara umum (Altmeyer dalam Roccato & Ricolfi, 2005; McFarland, 1999 dalam Dambrun dkk, 2003; Wilson, 2003).
Muhammad Faisal
Komentar
saat ini saya sedang mengerjakan tugas akhir untuk mencapai sarjana dari fak.ilmu budaya FIb dan membahas masalah dominasi konservatif israel...
saya sangat membutuhkan teori dominasi sosial untuk menjelaskan tentang fenomena dominasi partai likud. akan tetapi teori dominasi sulit sekali didapatkan...mohon referensi dari anda... sebelumnya saya ucapkan terimakasih...
salam...
ajeng.